Herbert
Spencer
Teori Evolusi boleh dibilang melekat
pada sosok Charles Darwin. Bukunya Origin of Species dianggap sebagai
peletak dasar teori evolusi dalam ilmu pengetahuan. Lalu, di manakah posisi
Herbert Spencer? Faktanya, Spencer lebih awal memunculkan gagasan teori evolusi
ketimbang Darwin. Spencer mengenalkan konsep evolusi sosial dalam bukunya Social
Statics pada 1850, sembilan tahun sebelum Darwin menulis Origin of Species
(1859). Spencer (1897) menguraikan teori evolusi secara mendalam dalam The
Principles of Sociology yang terbit 1897 di New York. Dalam buku ini
Spencer menyebut kata “evolusi” dalam beragam variannya sebanyak 249 kali,
termasuk kutipan langsung dan daftar isi.
A. Sekilas tentang
Herbert Spencer
Spencer lahir sebagai anak tunggal
seorang guru sekolah di kota kecil Derbyshire, Midland, Inggris pada 27 April
1820 dan meninggal pada 8 Desember 1903. Dia sebenarnya tidak terlahir tunggal,
melainkan sembilan bersaudara. Cuma saja, dia menjadi satu-satunya anak
pasangan William dan Haerriet Spencer yang bertahan hidup. Karena alasan
kesehatan, Spencer kecil menjalani pendidikan di rumah. Dia tidak belajar seni
dan humaniora, melainkan teknik dan bidang utilitarian (Ritzer dan Goodman,
2007).
Potret keluarga Spencer yang
bergelut melawan penyakit menjadi semacam mozaik dari kehidupan Inggris zaman
Victorian abad ke-19. Inggris yang memasuki Revolusi Industri terperosok ke
dalam problem negara industri yang sangat suram sekaligus mengkhawatirkan. Kala
itu, bangunan pabrik biasanya menyatu dengan kawasan pemukiman. Bangunannya tua
dan tidak terawat, ventilasi minim, kotor, penuh jelaga hitam, sempit, dan
sumpek. Selain mengepung kota dengan asap hitam, limbah pabrik juga menimbulkan
pencemaran, sanitasi yang tidak terawat, jalanan yang buruk, dan tentu saja
polusi.
Dalam usia relatif muda, 17 tahun,
Spencer muda terjun ke dunia kerja sebagai insinyur sipil di sebuah perusahaan
kereta api London dan Birmingham. Karirnya terbilang bagus hingga akhirnya dia
dipercaya menjadi wakil kepala bagian mesin di perusahaan tersebut. Selama
periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri.
Spencer memiliki kemampuan sangat
baik dalam mekanika. Kemampuan itulah yang memengaruhi imajinasinya dalam ilmu
pengetahuan, terutama tentang biologi, masyarakat, dan ilmu sosial. Pada saat
menjadi insinyur inilah Spencer mulai belajar menulis artikel secara serius.
Tulisan pertamanya di bidang sosial dengan judul On the Proper Sphere of
Government pada 1842 dimuat di majalah Non Conformist. Enam tahun
kemudian, 1848, tulisan yang sama dimuat The Economist, majalah ekonomi
terkemuka yang berbasis di London.
Tulisan Spencer mendapat sambutan
hangat penggemarnya sehingga mereka rela membayar lebih dulu tulisan-tulisan
Spencer sebelum tulisan itu diterbitkan. Kondisi inilah yang mendorong Spencer
untuk berpikir alih profesi menjadi penulis ilmu pengetahuan bidang pengetahuan
sosial, khususnya sosiologi. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, saat
usianya menginjak 28 tahun dia pindah menjadi wakil editor majalah The
Economist, berita mingguan yang berbasis di London. Majalah ini merupakan
oposisi pemerintah dan pendukung perdagangan bebas. Melalui majalah ini Spencer
banyak bertemu dengan orang terkenal pada saat itu, seperti Thomas Huxley dan
George Eliot.
Saat usianya memasuki 30 tahun,
Spencer telah mampu menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Social Statics.
Tiga tahun kemudian, pamannya (Thomas Spencer) meninggal dunia dan mewariskan
harta cukup banyak kepada Spencer. Berbekal warisan itulah Spencer berani
memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencurahkan seluruh kegiatannya untuk
menulis. Keberhasilan Spencer menulis banyak buku karena selain gemar membaca,
Spencer adalah kolektor yang tekun mengumpulkan fakta-fakta mengenai masyarakat
di manapun di dunia ini, seorang yang rajin mengumpulkan informasi, membuat
sistematika atau klasifikasi data. Spencer memang sejak kecil mempunyai hasrat
dan keinginan yang besar untuk menambah dan mengumpulkan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan memahami keseluruhannya.
Spencer juga mengembangkan sistem
filsafat dengan aspek-aspek utiliter dan evolusioner. Spencer membangun
utiliterisme Jeremy Bentham yang memelopori aliran gerakan reformasi. Jeremy
Bentham berpendapat bahwa logika ilmiah harus didasarkan pada pengetahuan yang
cukup mengenai kondisi kehidupan sosial yang aktual. Konsep ini mendahului
konsep-konsep Charles Darwin (Sukanto: 1982: 36).
Spencer adalah orang yang pertama
kali memperkenalkan konsep Survival of the fittest atau yang kuatlah
yang akan menang dalam bukunya Social Statics yang terbit pada tahun
1850. Konsep ini untuk menggambarkan kekuatan fundamental ilmu biologi yang
menjadi dasar perkembangan evolusioner. Konsepsi ini dipengaruhi karya Thomas
R. Malthus mengenai tekanan kependudukan, An Essay on the Principle of
Population (1798). sinya konsepnya antara lain adalah perjuangan
untuk dapat bertahan bagi suatu masyarakat atau bagi beberapa masyarakat agar
menghasilkan keseimbangan karena perubahan yang terjadi dari keadaan yang
homogen yang tidak terpadu menjadi heterogen yang terpadu.
Sembilan tahun kemudian teori
evolusioner karya Darwin terbit. Spencer dan Darwin melihat adanya persamaan
antara evolusi organisme dengan evolusi sosial. Evolusi sosial adalah
serangkaian perubahan sosial dalam masyarakat yang berlangsung dalam waktu lama
yang berawal dari kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana dan
homogen kemudian secara bertahap menjadi kelompok suku atau masyarakat yang
lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks (Horton dan
Hunt, 1989:208).
B.
Karya-karya Herbert Spencer
Selama hidupnya, Spencer
menghasilkan sejumlah karya besar. Sebagian besar pemikiran Spencer tentang
sosiologi ditulis dalam 10 buku (dua jilid Biologi, dua jilid psikologi, tiga
jilid Sosiologi, dan dua jilid tentang moralitas) yang kemudian dikemas menjadi
Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896). Paket ini
memuat seluruh teori evolusi universal, meliputi evolusi bilogi, psikologi,
sosial, dan etika. Karya-karya tersebut mengukuhkan dirinya sebagai penganut
filsafat sintesis, yakni ilmu filsafat yang menggabungkan beberapa ilmu
pengetahuan menjadi satu (Soekanto, 1990).
Dari sederet karya tersebut, buku Principles
of Sociology merupakan karya monumental Spencer yang mendorong perkembangan
Sosiologi sebagai ilmu populer di masyarakat, terutama di Prancis, Jerman, dan
Amerika Serikat. Meski begitu, Spencer kurang mendapat sambutan di negeri
sendiri.
Berikut sejumlah karya utama Spencer
semaca hidupnya:
- Social Statics (1850).
- Principles of Psychology (1855).
- Principles of Biology (1861 dan 1864).
- First Principles (1862).
- The Study of Sociology (1873).
- Descriptive Sociology (1874).
- The Principles of Sociology (1877).
- Principles of Ethics (1883).
- Esai-esai:
- Education (1861)
- The Study of Sociology (1873)
- The Nature and Reality of Religion (1885)
- Various and Fragments (1897)
- Facts and Comments (1902)
Bila dicermati, karya-karya Spencer
senantiasa mendasarkan konsepsi bahwa seluruh alam, baik yang berwujud organis,
nonorganis, maupun superorganis berevolusi karena dorongan kekuatan mutlak yang
kemudian disebutnya sebagai evolusi universal (Koentjaraningrat, 1987:34).
Gambaran menyeluruh tentang evolusi universal umat manusia menunjukkan bahwa
pada garis besarnya Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari
suatu bangsa di dunia sudah melalui tingkatan evolusi yang sama.
C. Spencer tentang Sosiologi
Bagi Spencer, Sosiologi merupakan
suatu studi evolusi dalam bentuk yang paling kompleks. Dia menguraikan materi
sosiologi secara rinci dan sistematis dalam tiga jilid The Prinsiples of
Sociology. Menurutnya, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai
hakikat manusia secara inkorporatif dengan pendekatan makro yang berpusat pada
manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala gejala
yang muncul dari perilaku manusia secara bersama-sama.
Spencer dalam Soekanto (1990:
444-447), objek pokok sosiologi adalah keluarga, politik, agama, pengendalian
sosial, dan industri. Tambahannya antara lain asosiasi, masyarakat setempat,
pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan,
serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Dia mengingatkan bahwa
sosiologi juga harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur yang
ada dalam masyarakat yang tetap dan harmonis, serta merupakan suatu integrasi,
seperti pengaruh norma-norma tersebut di atas terhadap kehidupan keluarga serta
hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan. Oleh karena itu,
Spencer berpendapat bahwa sosiologi adalah psikologi yang dipraktikkan dan
mendapat wujud antara lain etika dan peradaban yang terdapat dalam masyarakat.
Haryanto (tt: 14) menyimpulkan,
pandangan-pandangan Spencer tentang sosiologi mendapat pengaruh biologi dalam
arti luas. Pertumbuhan suatu disiplin ilmu sosiologi dan biologi telah menarik
perhatian baru terhadap faktor-faktor biologis di dalam perilaku manusia. Oleh
para pendukungnya, sosiologi didefinisikan sebagai “suatu studi sistematik
mengenai dasar-dasar biologis dari perilaku manusia”. Interaksi biologi
dan kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia yang dimulai dengan perkembangan
masyarakat manusia. Banyak ahli masyarakat abad pertengahan menganalogikan
manusia dengan organisme.
Spencer menekankan pentingnya
pendekatan bagi seluruh gejala yang ada serta meningkatkan pendekatan bagi
pengkajian kehidupan sosial. Berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini
tentang semua gejala yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan yang selalu
dihubungkan dengan metafisik dan agama, Spencer memperkenalkan pendekatan baru
yaitu pendekatan empiris dengan data konkret yang memisahkan antara agama dan
metafisik dengan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh siapa saja dan
kapan saja dengan hasil yang sama. Spencer adalah orang yang pertama kali
menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret.
Pendekatan empiris ala Spencer
mendapat banyak tantangan pemuka agama. Menyadari hal itu, Spencer kemudian
melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama. Rekonsiliasi ini
dimuat dalam bukunya yang terbit kemudian, yaitu yang berjudul First
Prinsciple. Di sana Spencer membedakan fenomena ke dalam dua kelompok,
yaitu fenomena atau kejadian yang dapat diketahui dan fenomena atau kejadian
yang tidak dapat diketahui. Fenomena dan hal-hal yang dapat diketahui dianggap
merupakan pengalaman nyata dan mudah diterima oleh akal manusia, sedang
fenomena yang tidak dapat diketahui adalah hal-hal dan kejadian di luar ilmu
pengetahuan dan konsepsi manusia (Siahaan, 1986:119-133).
Spencer terus berusaha mencari
sumber-sumber asli dan menganalisis perkembangan aneka ragam ide yang tersirat
di dalamnya. Dia memulai dengan tiga garis besar teorinya yang disebut dengan
tiga kebenaran universal, yakni: 1) Materi yang tidak dapat dirusak; 2)
Kesinambungan gerak; dan 3) Tenaga dan kekuatan yang terus-menerus. Selain itu,
Spencer menyebutkan adanya empat dalil dari kebenaran universal sebagaimana
disebutkan di bawah ini:
- Kesatuan hukum dan kesinambungan antara kekuatan-kekuatan yang tidak pernah muncul dengan sia-sia dan abadi.
- Kekuatan ini tidak musnah akan tetapi ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan yang lain.
- Segala sesuatu yang bergerak sepanjang garis setidak-tidaknya akan dirintangi oleh suatu kekuatan yang lain .
- Ada sesuatu irama dari gerakan atau gerakan alternatif.
Spencer lebih lanjut mengatakan,
evolusi dalam bentuk yang sederhana hanyalah merupakan suatu gerak yang hilang
dan redistribusi dari keadaan. Evolusi terjadi di mana-mana dalam bentuk
inorganik seperti astronomi dan geologi, dan dalam kehidupan organik seperti
biologi dan psikologi serta kehidupan superorganik seperti sosiologi. Sedang
sistem evolusi umum yang pokok menurut Spencer (Siahaan, 1986:119-133)
meliputi:
- Ketidakstabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar serta akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar;
- Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam rasio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan saja, yaitu suatu keadaan seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan lain;
- Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi.
- Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Giddings (1890) meringkas ajaran
sistem sosial Spencer seperti di bawah ini (Haryanto, tt).
- Masyarakat adalah organisme atau mereka adalah superorganis yang hidup berpencar-pencar.
- Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu keseimbangan tenaga, suatu kekuatan yang seimbang antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain, antara kelompok sosial satu dengan kelompok sosial yang lain.
- Keseimbangan antara masyarakat dengan masyarakat, antara masyarakat dan lingkungan mereka, berjuang satu sama lain demi eksistensi mereka di antara warga masyarakatnya. Akhirnya konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
- Di dalam perjuangan ini kemudian timbulah rasa takut di dalam hidup bersama serta rasa takut untuk mati. Rasa takut mati adalah pangkal kontrol terhadap agama.
- Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dari agama menjadi militerisme. Militerisme pada umumnya membentuk sifat dan tingkah laku serta membentuk organisasi sosial dalam peperangan.
- Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang kecil menjadi kelompok sosial yang lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut memerlukan integrasi sosial. Proses semacam ini memperluas medan integrasi sosial yang biasanya terdapat pemupukan rasa perdamaian antar sesamanya serta rasa kegotongroyongan.
- Kebiasaan berdamai dan rasa kegotongroyongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka pada hidup tenteram dan penuh dengan rasa setia kawan.
- Dalam tipe masyarakat yang penuh dengan perdamaian, kekuatannya akan berkurang namun rasa spontanitas serta inisiatif semakin bertambah. Organisasi sosial menjadi semacam bungkus, sedang anggota masyarakat dapat dengan leluasa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka mengubah hubungan sosial mereka tanpa merusak kohesi sosial yang telah ada. Kesemuanya ini merupakan elemen di mana rasa simpati dan seluruh pengetahuan yang ada di dalam kelompok sosial merupakan kekuatan tersendiri bagi masyarakat primitif.
- Perubahan dari semangat militerisme menjadi semangat industrialisme. Semangat kerja keras tergantung pada luasnya tenaga antara kelompok masyarakat yang ada serta kelompok masyarakat tetangganya, antara ras dalam suatu masyarakat yang ada serta masyarakat yang lain, antara masyarakat pada umumnya serta lingkungan fisis yang ada. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penuh rasa perdamaian tak dapat dicapai sampai keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras yang ada tercapai lebih dahulu.
- Di dalam masyarakat, seperti pada kelompok masyarakat lain tertentu, luasnya perbedaan serta jumlah kompleksitas segenap proses evolusi tergantung pada nilai proses integrasi. Semakin lambat nilai integrasinya, semakin lengkap dan memuaskan jalan evolusi itu. .
D. Spencer tentang
Teori Evolusi
Soekanto (1990:484-485)
mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan
dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi
dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena
usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan,
keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam sejarah
masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Soekanto (1990:345-347),
teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam tiga kategori.
- Unilinear theories of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan Herbert Spencer. Variasi teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
- Universal theory of evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
- Multilined theories of evolution. Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.
Sementara itu, perspektif
evolusioner adalah sudut pandang teoretis paling awal dalam sosiologi.
Hal tersebut berdasarkan pada karya August Comte (1798-1857) dan Herbert
Spencer (1820-1903). Keduanya menaruh perhatian pada perkembangan masyarakat
secara evolusioner dari keseluruhan atau kesatuan yang utuh. Horton dan Hunt
(1989:16-17) menjelaskan, perspektif evolusioner adalah perspektif yang aktif,
sekali pun bukan merupakan perspektif utama dalam sosiologi.
Dalam bukunya, Positive
Philosophy (1851-1854), Comte menulis tentang tiga tingkatan yang pasti
dilalui pemikiran manusia yaitu: teologis, metafisik (atau filosofis), dan
akhirnya positif (atau ilmiah). Comte berpendapat bahwa masyarakat mempunyai
kedudukan yang dominan terhadap pribadi.
Sebaliknya, Spencer berpendapat
bahwa pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Dia menekankan
bahwa pribadi merupakan dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat
dianalisis pada tingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun
untuk memungkinkan anggotanya memenuhi berbagai keperluan. Oleh karena
itu, banyak ahli memandang Spencer bersifat individualistis. Terkait
ketertarikannya pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat
modern, Spencer menilai masyarakat bersifat organis. Pandangan ini yang
kemudian menjadikan Spencer sering disebut sebagai seorang teoretis organik
karena usahanya memperluas prinsip-prinsip evolusi pada ilmu biologi ke
institusi sosial.
Lebih jauh Spencer mengungkapkan
bahwa perubahan alamiah dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat.
Kumpulan pribadi dalam masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya
proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam
menentukan kualifikasi. Bagi Spencer, masyarakat merupakan material yang
tunduk pada hukum universal evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan
lingkungan yang mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat, terutama
dalam organisasinya. Masyarakat tersusun atas dasar hakikat manusia dan
bentuknya sangat dipengaruhi oleh alam yang sulit dimodifikasi. Modifikasi yang
dilakukan oleh manusia sangat sulit ditentukan akibatnya (Haryanto, tt:24).
Diakui atau tidak, Spencer terpikat
Darwinisme sosial populer setelah Charles Darwin menerbitkan buku Origin of
Species (1859), sembilan tahun setelah Spencer memperkenalkan teori evolusi
universalnya. Spencer memandang evolusi sosial sebagai serangkaian tingkatan
yang harus dilalui semua masyarakat yang bergerak dari tingkat yang sederhana
ke tingkat yang lebih rumit dan dari tingkat homogen ke tingkat heterogen.
Horton dan Hunt (1989:59-61) menilai adanya suatu optimisme di masyarakat.
Kemajuan masyarakat yang terus meningkat pesat pasti akan mengakhiri
kesengsaraan dan meningkatkan kebahagiaan manusia.
Menurut Haryanto (tt:25), semua
teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang
dilalui semua masyarakat. Perubahan sosial ditentukan dari dalam (endogen) yang
sering digambarkan dalam arti diferensiasi struktural, perubahan dalam arti
dari yang paling sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks. Masyarakat
sederhana tidak terpadu yang tidak pasti (indefinite, incoherent homogenity),
memiliki karakteristik, tidak ada pembagian tugas atau peran yang rinci dan
lebih banyak bersifat informal. Sedang masyarakat yang lebih kompleks (definite,
coherent heterogenity) memiliki karakteristik terspesialisasi dan formal.
Evolusi terjadi pada tingkat organis
dan pada tingkat anorganis. Pada tingkat organis, perubahan terjadi dari sel
homogen sederhana menuju organisme terpadu yang lebih tinggi dan kompleks.
Evolusi anorganis prosesnya adalah proses yang bermula dari bulatan gas yang
tidak menentu, tidak terpadu dan homogen, kemudian menggumpal menjadi bintang,
planet, matahari, bulan yang berbeda yang kemudian diintegrasikan menjadi satu
keseluruhan dalam gerakan yang mengikuti hukum-hukum tertentu. Selain evolusi
organis dan anorganis, ada evolusi yang disebut evolusi superorganis. Evolusi
superorganis ini hanya terjadi pada masyarakat. Evolusi superorganis di
kemudian hari lebih dikenal sebagai evolusi sosial dan evolusi produksi yang
sekarang kita kenal sebagai evolusi kebudayaan.
Seperti halnya sel pada organisme
yang mempunyai cara dan sifat masing-masing, Spencer menilai watak dan sifat
manusia itulah yang membawa perbaikan bagi masyarakat. Watak yang baik mudah
menjadi teladan mengalami kemajuan karena rintangan yang muncul dapat terkikis
dengan sendirinya pada saat terjadi proses menyelaraskan diri dengan masyarakat
dan kemajuan. Hal ini juga berarti perjuangan hidup (struggle for life)
dapat diatasi sehingga terbentuk masyarakat terbaik. Perjuangan hidup dan survival
of the fittest adalah suatu wujud tenaga evolusi dalam masyarakat. Hal ini
membuat manusia dalam masyarakatnya selaras dengan kehidupan politik, industri,
dan sebagainya di sekitarnya. Di sini Spencer melihat kehidupan dalam
masyarakat selalu mendorong anggotanya bersikap menyesuaikan diri dengan
panggilan hidup yang lebih maju.
Peraturan negara harus menjaga agar
supaya rakyat dan masyarakat dapat hidup merdeka dan memperjuangkan hidupnya.
Spencer tidak setuju dengan peraturan yang melindungi pihak yang lemah, yang
tidak mampu menyesuaikan diri terhadap kemajuan masyarakat. Spencer berpendapat
bahwa pihak yang lemah hendaknya binasa saja atau harus berusaha belajar
keterampilan dan keuletan sehingga nantinya yang akan tinggal hanya mereka yang
terkuat (the fittest).
Spencer berpendapat bahwa
orang-orang cakap dan bergairah (enerjik) yang akan mampu memenangkan
perjuangan hidup dan berhasil, sedang orang yang malas dan lemah akan tersisih
dengan sendirinya dan kurang berhasil dalam hidup. Kelangsungan hidup keturunan
manusia lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan tenaga hidupnya. Kekuatan
hidupnyalah yang mampu mengatasi kesukaran ujian hidup, termasuk kemampuannya
menyesuaikan diri (berevolusi) dengan lingkungan fisik dan sosial yang selalu
berubah dari waktu ke waktu.
Spencer berpendapat, suatu organisme
akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi
antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti ada organisme yang mempunyai fungsi
yang lebih matang di antara bagian-bagian lain dari organisme sehingga dapat
berintegrasi dengan lebih sempurna. Secara evolusioner, tahap organisme
tersebut akan semakin sempurna sifatnya. Dengan demikian organisme mempunyai
kriteria yang dapat diterapkan pada setiap masyarakat yaitu kompleksitas,
diferensiasi, dan integrasi. Evolusi sosial dan perkembangan sosial pada
dasarnya adalah pertambahan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian
kerja, dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan heterogen (Soekanto,
1990: 39-41).
Dalam bukunya Principles of
Sociology, Spencer berpendapat bahwa pada masyarakat industri yang telah
terjadi diferensiasi dengan mantap, akan ada stabilitas yang menuju pada
keadaan hidup yang damai. Seperti juga Comte, Spencer berpendapat bahwa tujuan
hidup setiap manusia adalah menyesuaikan diri dengan panggilan hidup dalam
masyarakat sekitarnya yang selalu berevolusi menuju perbaikan dan kemajuan.
Pusat perhatian Spencer juga tertuju
pada gerak yang dipandang sebagai suatu tenaga yang menggerakkan proses
pemisahan (diferensiasi, membedabedakan) dan proses mengikat (integrasi,
persatuan). Tenaga ini membawa kesamaan dan perpecahan dan ketidakpastian dalam
evolusi sehingga membentuk kelompok, golongan, ras, suku bangsa, bangsa, dan
negara. Evolusi terus berlanjut, ada yang menuju kesempurnaan, tetapi ada juga
yang sebaliknya. Evolusi pada sosiologi mempunyai arti optimis yaitu tumbuh
menuju keadaan yang sempurna, kemajuan, perbaikan, kemudahan untuk perbaikan
hidupnya.
Seperti telah disinggung di atas,
pandangan-pandangan sosiologi Spencer sangat dipengaruhi pesatnya kemajuan ilmu
biologi. Beberapa di antaranya adalah:
- Pelajaran tentang sifat keturunan (descension), Lamarck (1909) yang menyatakan bahwa sifat manusia yang diturunkan kepada anak cucunya sangat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan sifat bangsa itu. Teori evolusi ini berdasarkan pendapat bahwa hewan yang bertulang punggung bisa menyempurnakan bentuk badannya berdasarkan kebutuhannya kepada keturunannya.
- Teori seleksi dari Darwin (1859) mengatakan bahwa alam akan membuang segala sesuatu yang tidak terpakai dan memperkuat segala sesuatu yang berguna, seperti yang terjadi pada binatang, yang kuat akan mampu bertahan hidup dan yang lemah akan binasa.
- Teori tentang penemuan sel. Tubuh hewan dan tumbuh-tumbuhan terdiri dari organisme kecil-kecil yang disebut sel. Sel ini mempunyai sifat dan bentuk yang sama, tetapi mampu mempengaruhi sifat binatang atau tumbuhan berdasarkan ciri yang terkuat pada sel tersebut.
Teori-teori Spencer sangat dipengaruhi
oleh pelajaran tentang sifat keturunan Lamarck yang menyamakan masyarakat
dengan suatu organisme, dengan sel-selnya, dan selanjutnya ia membandingkannya
seperti itu. Pendapat tentang biologi mempengaruhi dunia filsafat, psikologi
dan lain sebagainya sehingga terjalin pertalian yang erat antara ilmu
pengetahuan itu dengan sosiologi.
Membandingkan masyarakat dengan
organisme, Spencer mengelaborasi ide besarnya secara detail pada semua
masyarakat sebelum dan sesudahnya. Spencer menitikberatkan pada tiga kecenderungan
perkembangan masyarakat dan organisme, yaitu: 1) Pertumbuhan dalam
ukurannya; 2) Meningkatnya kompleksitas struktur; 3) Diferensiasi fungsi.
Spencer berkeyakinan bahwa kehidupan
masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang semakin baik. Karena
itu, kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri, lepas dari campur
tangan yang mungkin akan memperburuk keadaan. Spencer menerima pandangan bahwa
institusi sosial sebagaimana tumbuh-tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi
secara progresif dan positif terhadap lingkungan sosialnya. Ia juga menerima
sudut pandang Darwinian bahwa proses seleksi alamiah, “survival of the
fittest”, juga terjadi dalam kehidupan sosial (istilah survival of the
fittest justru diciptakan oleh Spencer beberapa tahun sebelum karya Darwin
mengenai seleksi alam muncul). Jika tidak diganggu intervensi dari luar,
individu yang layak akan bertahan hidup dan berkembang, sedangkan individu yang
tak layak akhirnya punah. Spencer memusatkan perhatian pada individu, sedangkan
Comte menekankan pada unsur yang lebih besar seperti keluarga.
Ritzer dan Goodman (2007) merangkum
teori evolusi Spencer ke dalam dua perspektif. Pertama, teorinya berkaitan
dengan peningkatan ukuran (size) masyarakat. Peningkatan ini menyebabkan
diferensiasi fungsi yang dilakukannya. Kedua, masyarakat berubah melalui
penggabungan. Makin lama makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan.
Dia berbicara tentang gerak evolusioner dari masyarakat yang sederhana ke
penggabungan dua kali lipat dan penggabungan tiga kali lipat.
Di bagian lain, Spencer menawarkan
teori evolusi dari masyarakat militan ke masyarakat industri. Pada mulanya,
masyarakat militan dijelaskan sebagai masyarakat terstruktur guna melakukan
perang, baik yang bersifat defensif maupun ofensif. Sejalan dengan tumbuhnya
masyarakat industri, fungsi perang sebagai perubahan berakhir. Masyarakat
industri didasarkan pada persahabatan, tidak egois, dan penghargaan terhadap
prestasi.
Dalam tulisannya mengenai
etika dan politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusi sosial yang lain. Di
satu sisi ia memandang masyarakat berkembang menuju ke keadaan moral yang ideal
atau sempurna. DI sisi lain ia menyatakan bahwa masyarakat yang paling mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannyalah yang akan bertahan hidup (survive),
sedangkan masyarakat yang tak mampu menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya.
Hasil proses ini adalah peningkatan kemampuan menyesuaikan diri masyarakat
secara keseluruhan.
Jadi, Spencer mengemukakan
seperangkat gagasan yang kaya dan ruwet. Mula-mula gagasannya menikmati sukses
besar, tetapi kemudian ditolak selama beberapa tahun, dan baru belakangan ini
hidup kembali dengan munculnya teori sosiologi neoevolusi.